“Pembuatan Pewarna Alami Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Untuk Kain Mori Primissima” (Kajian: Jenis Dan Konsentrasi Bahan Fiksasi)

Kain mori merupakan serat kapas berwarna putih. Proses pewarnaan diperlukan agar tampilan kain mori menjadi lebih menarik. Pewarnaan dengan pewarna sintetik mengakibatkan efek negatif pada lingkungan. Zat pewarna yang tidak mencemari lingkungan yaitu zat pewarna alami (ZPA). Daun Sirsak dapat dimanfaatkan untuk ZPA karena mengandung senyawa tannin yang mengeluarkan warna coklat. Kelemahan ZPA warnanya mudah luntur. Proses fiksasi dilakukan untuk mengunci warna. Tujuan penelitian menentukan berapa konsentrasi fiksator dari jenis bahan fiksasi yang berbeda terhadap hasil kualitas kain mori primissima pewarna alami daun sirsak. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Tersarang dengan dua faktor. Faktor utama jenis bahan fiksasi kapur tohor dan tawas, faktor yang tersarang yaitu konsentrasi bahan fiksasi 10%, 15% dan 20%. Parameter yang diuji yaitu uji organoleptik (warna dan tingkat kehalusan), uji fisik (intensitas warna dan ketahanan luntur warna). Data uji organoleptik diuji menggunakan uji Friedman, data intensitas warna dengan ANOVA jika terdapat beda tidak nyata dilanjutkan dengan BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan kepercayaan (α=0,05), data ketahanan luntur warna dianalisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik fiksator tawas pada konsentrasi 10% diperoleh nilai warna 3,93, tingkat kehalusan 3,83, nilai a* 14,47, nilai b* 14,03, nilai L* 55,4, gosokan kering dan gosokan basah 4 (baik), perubahan warna 3 (cukup) dan skala penodaan 4 (baik). Perlakuan terbaik fiksator kapur tohor pada konsentrasi 20% diperoleh nilai warna 3,97, tingkat kehalusan 4, nilai a* 18,8, nilai b* 18,87, nilai L* 51,1, gosokan kering 3 (cukup baik), gosokan basah 2 (kurang), perubahan warna 2 (kurang), skala penodaan cukup 3-4 (baik)